1. Definisi
Gonore dalam arti luas
mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorroheae. Penyakit
menular seksual Gonore adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Neisseria gonorrhoeae yang di tularkan melalui genital. penyakit menular seksual akut pada lapisan mucocutaneus traktus
genitourinarius dengan klinis adanya sekret uretra yang purulent yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrheae.
2. Insidensi
Angka gonorea
di Amerika Serikat lebih tinggi dari pada di negara-negara industri lainnya,
dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 8 kali dari Kanada
(CDC, 2000). Setelah infeksi oleh Neisseria
Gonorrheae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat berjangkit
lebih dari satu kali.
Angka gonorea
di Amerika Serikat terus mengalami penurunan sejak pertengahan tahun 1970an
sampai 1997, kemudian terjadi peningkatan 9% antara tahn 1997 dan1999. Angka
infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan
berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, pada laki-laki yang
berhubungan seks dengan sesama jenis. Dengan lebih dari satu juta kasus
pertahun di amerika Serikat, gonore tetap menjadi masalah kesehatan yang besar.
Tidak semua orang
yang terpajan oleh gonorea akan terjangkit penyakit, dan resiko penularan dari
laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan perempuan kepada
laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan
eksudat yang berdiam lama di vagina.
3. Etiologi
Penyebab Gonore adalah
kuman Gonokokus yang termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal terdapat 4
spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta
N.cattarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies
ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji
kopi berukuran 0,8 µ dan panjang 1,6 μ bersifat tahan asam. Pada sediaan
langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negatif, terlihat di luar dan di
dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan
kering, tidak tahan suhu di atas 39oC, dan tidak tahan zat desinfektan, Gonokok
membutuhkan suhu 35-37oC dan pH (7,2 -7,6) untuk tumbuh.
4. Faktor
predisposisi
Faktor predisposisi
dari penyakit gonore ini adalah :
ü Hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi
ü Hubungan seksual dengan sesama jenis
5. Patofosiologi
Manusia
adalah satu-satunya reservoar untuk N. Gonorrhoeae. Organisme ini cepat
berkembang biak, dan infeksi menyebar melalui kontak langsung dengan mukosa
yang terinfeksi, biasanya sewaktu berhubungan kelamin. Tidak terdapat bukti
bahwa gonore dapat di tularkan melalui kontak dengan toilet atau benda-benda
lain. Bakteri ini mula-mula melekat ke epitel mukosa, terutama tipe kolumnar
atau transisional, menggunakan beragam molekul perekat di membran dan struktur
yang di namai pili .Perlekatan ini mencegah organisme terbilas oleh cairan
tubuh, misalnya urine atau mukus endoserviks. Karena adanya perlekatan dari
bakteri ini mengakibatkan timbulnya respon dari host dengan adanya invasi dari
neutrofil, pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosal dan discharge
purulent.
6. Gejala
dan tanda
Pada sebagian besar
laki-laki yang terinfeksi, gonore bermanifestasi sebagai disuria, sering berkemih, malese, dan eksudat uretra mukopurulen dalam 2 hingga 7 hari setelah infeksi di
mulai. Sebagian besar laki-laki memperlihatkan gejala, namun sampai 10% tidak,
tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya. Pada sebagian besar kasus
laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu. Karena infeksinya
cepat diketahui dan di terapi, maka jarang ada laki-laki yang mengalami
prostatitis, epididimitis, atau bakteremia.Infeksi gonookus lokal, pada
laki-laki asimptomatik atau tidak di obati, biasanya akan diatasi oleh
pertahanan alami tubuh dalam beberapa minggu samapai beberapa bulan.
Pada pasien perempuan
gejala dan tanda timbul dalam 7 samapi 21 hari, infeksi awal mungkin
asimtomatik atau menyebapkan disuria,
nyeri panggul bawah, dan discharge
vagina. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi
sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak
di obati, maka tanda-tanda infeksi meluas biasanya mulai tibul dalam 10 samapai
14 hari. Tempat penyebaran tersering pada perempuan adalah ke uretra, dengan
gejala uretritis. Infeksi yang menyebar ke endometrium dan tubafallopi
menyebapkan perdarahan abnormal vagina,nyeri panggul dan abdomen, dan
gejala-gejala penyakit radang panggul yang progresif apabila tidak di obati.
Infeksi gonokokus dapat
di tularkan ke bayi sewaku bayi melewati jalan lahir. Neonatus yang terkena
dapat mengalami infeksi purulen di mata (oftalmia neonatorium), dahuu merupakan
salah satu penyebap penting kebutaan. Pemberian rutin salep antibiotik ke mata
neonatus telah menyebapkan penurunan ajam insidensi penyakit ini.
7. Pemeriksaan
Diagnostik
Gonorea dapat
didiagnosis denga cepat dengan pewarnaan gram terhadap apusan eksudat yang di
ambil dari tempat infeksi. Apusan positif apabila di temukan diplokokus
gram-negatif intrasel. Sayangnya metode pewarnaan ini kurang andal untuk
mendiagnosis gonorea pada perempuan, pasien asimptomatik, dan infeksi di rektum
atau faring. Untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pembiakan dari semua
kemungkinan tempat infeksi. Kuman memerlukan waktu 48 sampai 96 jam untuk
tumbuh dalam biakan, dan berdasarkan anamnesis dan gejala, atau riwayat
pajanan, terapi antibiotik biasanya sudah di mulai sebelum hasil di peroleh.
Uji-uji amplifikasi DNA dengan menggunakan metode reaksi berantai polimerase
(PCR) dan reaksi berantai ligase (LCR) lebih sensitif dibandingkan biakan
bakteri dan dapat digunakan dengan sekret vagina atau srviks atau urin. Bagi
laki-laki dengan infeksi uretra, uji-uji amlifikasi DNA dapat di lakukan pada
spesimen urine untuk menghindari rasa tidak nyaman akibat pengambilan sediaan
apusan dari uretra. Sayangnya, spesimen urin tidak sensitif pada perempuan
dengan infeksi uretra. Uji-uji amplifikasi DNA semakin banyak tersedia dan
populer karena tingginya sensitivitas dan kemudahan dalam menangani dan
mengirim spesimen. Uji-uji non biakan misalnya deteksi antigen dengan antibodi
imunofluoresnsi langsung (DFA) dan enzyme
immunosorbent assay (EIA) kurang dikembangkan dan jarang di gunakan.
Diagnosis penyakit gonore
didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah untuk menemukan
bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan
bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Diagnosis
ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang
yang terdiri dari 5 tahapan.
1.
Sediaan langsung
Dengan menggunakan pewarnaan gram akan ditemukan kuman Gonokokus
gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria di
ambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra,
muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum.
2.
Kultur
Untuk
identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan adalah :
1.
Media
transpor
2.
Media
pertumbuhan
Contoh
media transpor adalah :
· Media Stuart
Hanya
untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan.
· Media Transgrow
Media
ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis, dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor
dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan.
Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
Contoh
media pertumbuhan adalah :
· Mc Leod’s chocolate agar
Berisi
agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman Gonokokus, kuman-kuman
yang lain juga dapat tumbuh.
· Media Thayer Martin
Media
ini selektif mengisolasi Gonokokus. Mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram posisif, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri
gram negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
· Modified Thayer Martin agar
Isinya
ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp.
3.
Tes
definitif
1.
Tes
oksidasi
Reagen
oksidasi yang mengandung larutan tertrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%
ditambahkan pada koloni Gonokokus tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi
positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah
muda sampai merah lembayung.
2.
Tes
fermentasi
Tes
oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa,
dan sukrosa. Kuman Gonokokus hanya meragikan glukosa.
4.
Tes
beta-laktamase
Pemeriksaan
beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung
chromogenic cephalosporine, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
5.
Tes
Thomson
Tes
Thomson berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah
pengobatan setempat.
Pada
tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
·
Sebaiknya
dilakukan setelah bangun pagi
·
Urin
dibagi dalam dua gelas
·
Tidak
boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.2
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung
air seni paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas
II sukar di nilai karena baru menguras uretra anterior.
Hasil
pembacaan:
Gelas I
|
Gelas II
|
Arti
|
Jernih
|
Jernih
|
Tidak
ada infeksi
|
Keruh
|
Jernih
|
Infeksi
uretritis anterior
|
Keruh
|
Keruh
|
Panuretritis
|
Jernih
|
Keruh
|
Tidak mungkin
|
8. Penatalaksanaan
Gonorea dapat di sembuhkan dengan penisilin
mulai tahun 1940an; namun, sekarang banyak berkembang galur-galur N.Gonorrheaea yang resisten-penisilin.
Terapi yang saat ini di rekomendasikan adalah golongan sefalosporin atau
fluorokuinolon (CDC, 1998). Sayangnya, di banyak bagian dunia sudah di laporkan
adanya galur-galur N.Gonorrheaea yang
resisten-fluorokuinolon (QRNG). Karena ancaman galurgalur N.Gonorrheaea yang resisten ini maka pada semua kasus yang tidak
sembuh harus di lakukan uji kepekaan. Karena tingginya insidensi koinfeksi
dengan C. Trachomatis pada pasien
dengan gonorea, maka dianjurkan pemberian terapi untuk kedua penyakit
sekaligus. Dalam petunjuk-petunjuk CDC dapat dijumpai regimen-regimen terapi
spesifik untuk gonorea pada pasien yang terinfeksi HIV (CDC, 1998). Semua
kontak seksual pasien yang terifeksi harus dievaluasi dan di tawarkan terapi
profilaktik.
Untuk terapi medikamentosa dari gonorea adalah:
·
Pilihan
pertama dan kedua adalah sifroploksasin 500 mg dan ofloksasin 400 mg. Berbagai
rejimen yang dapat diberikan adalah
ü Siprofloksasin* 500 mg, atau
ü Ofloksasin* 400 mg, atau
ü Seftriakson* 250 mg injeksi intramuscular, atau
ü Spektinomisin 2 g injeksi intramuskular.
Dikombinasikan
dengan
ü doksisiklin 2 x 100 mg, selama 7 hari, atau
ü tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari, atau
ü eritromisin 4 x 500 mg, selama 7 hari
·
untuk
daerah dengan insiden galur Nesseria
Gonorrhoeae penghasil penisilinase
(NGPP) rendah, pilihan utamanya adalah penisilin G prokain akua 4,8 juta
unit + 1 gram probenesid. Obat lain yang dapat di pakai antara lain:
ü ampisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid, atau
ü amoxixilin 3 gram + 1 gram probenesid.
·
Pada kasus
gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat di bawah ini:
ü Siprofloksasin* 500 mg/hari per oral, selama 5
hari
ü Ofloksasin* 400 mg/hai per oral, selama 5 hari
ü Seftriakson 250 mg/hari, injeksi intramuscular,
selama 3 hari
ü Kanamisin 2 gram/hari injeksi intramuskular,
selama 3 hari
ü Spektinomisin
2 gram/hari, injeksi intramuskular, selam 3 hari
*Dikontraindikasikan
untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang dari 12 tahun.
9. Komplikasi
Komplikasi
pada pria:
·
Prostatitis
·
Cowperitis
·
Vesikulitis seminalis
·
Epididimitis
·
Cystitis dan infeksi traktus
urinarius superior
Komplikasi
pada wanita:
·
Komplikasi uretra
·
Bartholinitus
·
Endometritis dan metritis
·
Salphingitis
10. Prognosis
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam